TRANSFORMASI KOMUNIKASI LAGU GENJER-GENJER DARI LAGU POPULER KE POLITIK
DOI:
https://doi.org/10.53947/perspekt.v1i3.157Kata Kunci:
Komunikasi , Budaya, Lagu, Tradisi, Communication , Culture , Song , TraditionAbstrak
Abstrak
Kreativitas karya budaya melalui lagu dalam sejarah Indonesia semenjak dahulu hingga kini ternyata sangat efektif menjadi alat komunikasi perubahan sosial dan politik. Di zaman dahulu dalam tradisi budaya Jawa ada yang disebut tembang atau lagu yang dipakai sebagai sarana komunikasi untuk memberikan arah petunjuk bagi perubahan tersebut. Tembang atau lagu ternyata menjadi alat menghela pesan kesadaran publik atas berbagai persoalan yang terjadi. Kajian atas sarana komunikasi melalui lagu itu ternyata dapat menjadi penanda atas perubahan sosial politik yang menandai sebuah era zaman. Dalam tulisan ini membahas soal perubahan komunikasi sebuah lagu di era menjelang kemerdekaan Indonesia atau era modern Nusantara. Lagu rakyat Banyuwangi yang dikenal dengan nama ‘Genjer-genjer’ yang pada awal pembuatannya di zaman Jepang hanya sebatas berfungsi lagu hiburan semata, namun pada suatu waktu dalam sebuah arus zaman bisa berubah menjadi lagu yang sangat kental dengan pesan sebuah ideologi dan politik. Bahkan, lagu rakyat yang memakai syair bahasa daerah Jawa dengan dialek Banyuwangi ini, nantinya berubah dan dianggap sebagai alat propaganda yang efektif sebuah kekuasaan politik yang bersifat nasional bahkan internasional. Di masa kini lagu Genjer-genjer semakin menarik karena telah dinyanyikan oleh orang asing dengan memakai bahasa asing atau melepaskan syair aslinya. Akibatnya lagu ini yang dahulu begitu popular, kemudian dalam beberapa puluh tahun saat terjadinya perubahan rezim menjadi terlarang dan menghilang dari telinga publik, kini mulai dikenal dan terdengar semarak kembali. Adanya kenyataan tersebut, maka melalui kajian ini, publik kemudian menjadi memahami kembali arti dan nilai pentingnya sarana komunikasi dari karya budaya melalui sebuah lagu pada umumnya, serta lagu ‘Genjer-genjer’ pada khususnya. Sebuah lagu ternyata bisa sangat efektif menjadi sarana komunikasi. Lagu ternyata tak bermata tunggal, yakni hanya hiburan dan pelepas ekpresi pribadi belaka. Lagu punya banyak fungsi dan wajah.
Abstract
The creativity of artistic works through songs in Indonesian history from the past until now has become very effective as a communication tool for social and political change. In ancient times in the Javanese cultural tradition, a so-called tembang or song was used as a means of communication to provide directions for these changes. Tembang or song turned out to be a tool to convey a message of public awareness of the various problems that occurred. The study of the means of communication through the song became a marker for the socio-political changes that marked an era. This paper discusses the difference in the transmission of a song in the period leading up to the independence of Indonesia or the modern era of the archipelago. The Banyuwangi folk song known as 'Genjer-genjer' which at the beginning of its creation in the Japanese era was only limited to functioning as an entertainment song, but at one time in a period, it could turn into a song that was very thick with the message of an ideology and politics. This folk song, which uses Javanese rhymes with the Banyuwangi dialect, will later change and be considered an effective propaganda tool for a political power that is national and even international. Nowadays, the song Genjer-genjer is more interesting because it has been sung by foreigners using a foreign language or releasing the original lyrics. As a result, this song, which used to be so popular, then in a few decades when the regime change took place, became banned and disappeared from the public's ear, is now starting to be known and sounds lively again. With this fact, through this study, the public will then understand the meaning and value of the importance of means of communication from cultural works through a song in general, and the song 'Genjer-genjer' in particular. A song can be very effective as a means of communication. The song does not have a single eye, that is, it is only entertainment and a mere release of personal expression. Songs have many functions and faces.
Referensi
Aidit, D. N. (1964). Kaum Tani Mengganjang Setan-Setan Desa. Jajasan Pembaruan.
Changara, H. (2016). Pengantar ilmu komunikasi. RajaGrafindo Persada.
Effendy, O. U. (2018). Ilmu komunikasi. Dalam Bandung Rosdakarya. PT Remaja Rosdakarya Offset.
Emzir. (2010). Metodologi Peneletian Kualitataif: Analisis Data. PT Raja grafindo persada.
Feith, H. (1999). Pemilihan Umum 1955 di Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia.
Florida, N. K. (2020). Jawa-Islam di Masa Kolonial: Suluk. Santri, dan Pujangga Jawa. Buku Langgar Yogyakarta.
Genjer-Genjer dalam lagu berbahasa Khmer. (t.t.).
Gisca, S. (2021, Juni 6). Kenapa Lagu Genjer Genjer Dilarang? Kompas.com.
Herlambang, W. (2013). Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunis Melalui Seni dan Suara. CV Margin Kiri.
Ismail, T. (t.t.). Aktivis Manikebu (Manifes Kebudayaan), sastrawan, penulis lagu, dan pelaku sejarah sekitar 1965.
Ismail, T. (2015). Matine Gusti Allah, riwayat palu arit sedunia menajiskan tuhan dan agama (Mahaka Media, Ed.). Republika.
Mulyana, D. (2017). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.
Noer, E. C. (t.t.). Ilustrator musik Film kolosal Pengkhianatan G 30 S PKI karya Arifin C Noer.
Prisma. (1987, Mei). Kebudayaan Pop Kritik dan Pengakuan. LP3S.
Ricklefs, M.C. (2013). Islamisation and Its opponents in Java (Mengislamkan Jawa: Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai sekarang). PT Serambi Ilmu Sejahtera. DOI: https://doi.org/10.2307/j.ctv1qv3fh
Saidi, R. (2021). No Title.
Supajar, D. (t.t.). Filsafat Sosial Serat Sastra Gending.
Suradika, A. (2000). Metode Penelitian Sosial. UMJ Press.
Suradika, A., & Wicaksono, D. (2019). Metodologi Penelitian. UM Jakarta Press.
Tempo. (2013).
WM, A. H. (t.t.). Sastrawan, pelaku sejarah 1965, dan Guru Besar Filsafat Kebudayaan Islam.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Kategori
Lisensi
Hak Cipta (c) 2021 Perspektif
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.