PENERAPAN HEALING ENVIRONMENT PADA PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI PEREMPUAN
PADA KORBAN KDRT DI SURAKARTA
DOI:
https://doi.org/10.53947/perspekt.v2i4.462Kata Kunci:
Kekerasan terhadap Perempuan, KDRT, Pusat Rehabilitasi, Healing EnvironmenAbstrak
Abstrak
Di Solo Raya, selama tahun 2019, dari 163 peristiwa kekerasan terhadap perempuan, 80 di antaranya adalah kekerasan dalam rumah tangga. Dalam menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga, perhatian harus diberikan pada rehabilitasi korban. Namun, sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang. Oleh karena itu, diperlukan adanya pusat rehabilitasi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga untuk membantu korban mendapatkan penanganan medis yang terpadu dan sistematis, dengan penerapan prinsip penyembuhan dalam lingkungan yang mendukung, suasana tenang, nyaman dan aman. Ada tiga kriteria desain yang dapat mendukung pemulihan manusia, yaitu desain responsif sensorik, pemetaan emosi, dan desain kontekstual. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain membangun ide dari fenomena yang ada, mensintesiskan hasil, mendokumentasikan, menggali ide, menganalisis data dan mengembangkan ide desain. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi pendekatan healing environment sebagai dasar untuk mengkaji keputusan desain rehabilitasi yang berpusat pada desain bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di pedesaan Surakarta.
Abstract
In Solo Raya, during 2019, of the 163 incidents of violence against women, 80 of them were domestic violence. When handling domestic violence cases, attention must be paid to the rehabilitation of the victim. However, the available facilities and infrastructure are still lacking. Therefore, it is necessary to have a rehabilitation center for women victims of domestic violence to help victims receive integrated and systematic medical treatment, by applying the principles of healing in a supportive environment, in a calm, comfortable and safe atmosphere. There are three design criteria that can support human recovery, namely sensory responsive design, emotional mapping, and contextual design. The research method used is a qualitative descriptive method which is divided into several stages, including building ideas from existing phenomena, synthesizing results, documenting, exploring ideas, analyzing data and developing design ideas. The result of this research is the implementation of a healing environment approach as a basis for reviewing design-centered rehabilitation design decisions for women victims of domestic violence in rural Surakarta.
Referensi
Coss, R., & Moore, M. (1990). All that Glistens: Water Connotations in Surface Finishes. Ecological
Psychology. 2 (4), 80-367.
Huisman, Morales, Hoof, V., & Kort, H. (2012). Healing Environment: A Review of the Impact of
Physical Environmental Factors on Users. Building and Environments 58, 70-80.
Jones, K., & Debra, C. (2012). Health and Human Behavior. United Kingdom: Oxford University Press.
Komnas Perempuan. (2020). Catahu Komnas Perempuan 2019. Jakarta.
Kuo, F., & Faber Taylor, A. (2004). A Potential Natural Treatment for Attention-Deficit/Hyperactivity
Disorder: Evidence from a National Study. American Journal of Public Health. 94 (9), 58-832
Montague, K.N. (2009). Healing Environment: Enhancing Quality and Safety through Evidence-Based
Design. Retrieved from Planetree International: https://planetree.org/. Diakses 28 Januari
Mazuch, R., & Stephen, R. (2005). Creating Healing Environments: Humanistic Architecture and
Therapeutic Design. Journal of Public Mental Health, Vol 4. 4, 48-52.
SPEK-HAM. (2020). Catahu SPEK-HAM 2019. Surakarta.
Ulrich, R. (2002). Health Benefits of Gardens in Hospitals. Texas: Texas A & M University
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Perspektif
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.